KOMPAS.com - Kasus kebocoran data pengguna ke Cambridge Analytica membuat Facebook pusing tujuh keliling. CEO Mark Zuckerberg bolak-balik dipanggil kongres AS. Masalah privasi pun belum selesai, karena masih ada pihak-pihak ketiga lain yang menyadap data, seperti CubeYou.
Sebab itulah, daripada kepayahan hanya berusaha sendiri, Facebook berinisiatif membuat sayembara, mengundang publik memburu para pembocor data pengguna. Program sayembara ini bertajuk "Data Abuse Bounty" dan diumumkan pekan ini.
Mekanismenya mirip dengan program "Bug Bounty" yang sudah berjalan. Bedanya, yang dijadikan obyek perburuan bukan celah keamanan (bug program), melainkan pihak-pihak yang dengan sengaja menyalahgunakan data pengguna Facebook.
Hadiah menggiurkan berupa uang pun disiapkan buat mereka yang berhasil memergoki pembocor data. Jumlahnya antara 500 dollar AS (Rp 6,9 juta) hingga mencapai 40.000 dollar AS (Rp 548 juta), tergantung tingkat keparahan kebocoran data yang ditemukan.
"(Program ini) Akan membantu kami menemukan penyalaghunaan data yang tidak terkait dengan celah keamanan, sekaligus memperlihatkan apabila ada kasus seperti Cambridge Analytica, sehingga kami bisa ketahui dan ambil tindakan," ujar Chief Security Officer Facebook, Alex Stamos, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari CNBC, Jumat (13/4/2018).
Program perburuan para pembocor data Facebook ini terbilang unik, karena baru pertama kali digelar. Beda halnya dengan bug bounty yang sudah lumrah dan jamak diadakan oleh perusahaan-perusahaan teknologi.
Ada sejumlah persyaratan untuk temuan pembocor data yang memenuhi kualifikasi, antara lain mesti melibatkan setidaknya 10.000 pengguna Facebook, dan keberadaannya belum diketahui oleh pengelola media sosial yang bersangkutan.